Indahnya Lebaran atau Hari Kemenangan
bukan hanya untuk mereka yang pulang Kampung atau Mudik saja, bagi yang tidak
Mudik juga ada indahnya. Lantas apa indah atau nikmatnya nggak mudik saat lebaran, ini cerita saya (Selain tuntutan Profesi).
1.
Hemat biaya pengeluaran.
Entah kenapa pada saat Lebaran atau Hari Besar (Keagamaan) tiba biaya
transportasi pada naik, saya juga heran, mulai dari transportasi darat, laut,
udara dan jikalau ada transport angan-angan juga mungkin akan naik. Kesal ya
sama penguasa dalam hal ini. Nah… oleh
karena itu, jika tidak Mudik saat Lebaran (hari besar lainnya) secara otomatis
akan mengurangi pengeluaran yang membengkak, saya misalnya, pada hari biasa
harga tiket pesawat di bandrol maksimal 1,5 Juta Rupiah untuk sekali jalan,
sedangkan pada saat Lebaran tiba harga tiket pesawat mencapai 2,5 – 3,0 Juta
rupiah untuk satu kali jalan, mendakti 2x Lipat dari harga hari biasa. Harapan saya,
semoga suatu saat, mudah-mudahan ada pelaku bisnis Transportasi menerapkan penurunan
Harga atau Biaya transportasi pada saat hari Besar (Keagamaan) tiba. Amin.
2.
Kerinduan
yang semakin mendalam.
Kerinduan yang dimaksud ialah kerinduan akan kampung halaman dan
keluarga yang ada dikampung halaman, bayangkan, jika Bang Roma saja Satu Hari Tak Bertemu Hati Terasa Rindu
apa lagi yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Hikmahnya, semakin besar
rindu semakin besar pulalah hasrat ingin bertemu, dan jika mampu berfikfir
dengan baik akan membuat semakin besar pula lah usaha atau kerja keras yang
dilakukan agar mampu Mudik saat Lebaran. Kuncinya kudu sabar.
3.
Belajar ikhlas.
Lho kok bisa, sedikit cerita,
saya punya teman yang Orang Tuanya udah meninggal dunia, kemudian dia Curhat mengenai kerinduan akan sosok
orang tuanya tersebut, dan dia kepengen
orang tuanya hadir disaat momen-momen tertentu, Lebaran Misalnya. Kalau kasusnya
begitu, Setidaknya kan masih ada keluarga yang lain, seperti kakak, adek atau
suami mungkin, masih ada untuk merayakan hal itu bersama-sama, buat teman saya,
Legowo aja, sebagai orang yang
beriman, sudah jelas hal pasti apa yang harus dilakukan untuk Arwah Orang Tua yang telah mendahului
kita ya kan. Sekarang bandingkan, ketika Lebaran untuk kesekian kalinya tidak
pernah berkumpul dengan Keluarga terutama orang tua, yang terpisah jarak cukup
jauh, padahal bisa diberikan lebih dari sekedar Do’a yaitu memeluk Mereka, mencium
tanga mereka, akan tetapi tidak mampu mewujukannya. Perbandingan lain, lebih
kurang 2 tahun yang lalu Kakek saya Meninggal dunia, dan saya tidak bisa hadir
mengantar beliau untuk yang terakhir kalinya, sedangkan beliau lebih dari
seorang Kakek, beliau yang membantu menyekolahkan saya, dan bahkan semasa
beliau masih hidup dan saya sudah di Perantauan, beliau sering bertanya
bagaimana tentang keberlangsungan sekolah, apakah ada kendala mengenai biaya,
kehidupan saya diperantauan seperti apa, ketika berkomunikasi dengan Beliau Via
Telvon Seluler, yang kita tau orang zaman dahulu mungkin tidak terlalu peka
mengenai dunia pendidikan namun tidak dengan Beliau. Hal itu lah yang membuat
saya (saat Beliau masih hidup) terus
meneteskan Air mata jika Lebaran tiba, hanya mampu mendengar suara beliau tanpa
bisa memeluk Beliau dan meminta Maaf semabri berjabat tangan dengan Beliau. Kemudian
pada saat Beliau meninggal 2 tahun yang silam, sudah Lebaran kedua kalinya
Beliau tidak bersama Kami, hal itu justru membuat saya tidak lagi meneteskan
Air mata untuk Beliau, karena sejatinya saya sadar bahwa sudah tidak ada lagi
harapan untuk bisa memeluk dan mendengar suara Beliau, yang ada hanyalah
harapan Beliau terhadap saya agar selalu mengirim Do’a bukanlan THR agar beliau
selalu ditempatkan di tempat yang paling layak disisi-Nya. Itula bedanya Orang yang masih bisa
dipeluk akan tetapi tidak bisa terwujud dengan Orang yang sudah tidak
memerlukan pelukan lagi melainkan sebuah Do’a.
4.
Kere.
Yap, tidak punya Uang, Biaya atau
apapun lah namanya untuk pulang kampung terutama saat Mudik Lebaran (ongkos
yang mahal tadi). Dari ke-Empat poin ini, ini lah yang terpenting, yang 3
(Tiga) diatas itu hanya lah testimoni saja. Karena masalah sesungguhnya ada di
Nomer 4 (Empat). Kalau sudah kere ya sudahlah ya, kudu gimana, semuanya butuh biaya dalam bentuk Rupiah Bro, kalau sudah tidak Kere alias banyak Uang, Lagu Loe nggak
Mudik Lebaran, kirain Lebaran jauh dari Orang-orang terdekat itu enak ape, saya
aja yang sudah 9 (Sembilan) kali tidak merayakan Lebaran bersama keluarga
dikampung sana, tetap aja menitikkan Air Mata saat Takbir berkumandang
dimana-mana. Jadi, kalau ada duit berlebih, Yoook Mudik, karena Hanya kepulanganmu
yang tidak dijual di B.......K.com (yang sering nangkring di depan TV pasti tahu
itu Iklan).
Terima kasih, bukan sharing, hanya berbagi, bukan sedih, but I’m so sad.
0 Komentar untuk "Kaga Mudik, Selow Aeeee"