Sumber Gambar : Google Image |
Bulan suci
Ramadhan umat Islam berlomba-lomba dalam
melakukan Ibadah atau mendekatkan diri dengan sang pencipta. Ibadah yang
dilakukan pun bermacam, mulai dari saling bantu membantu antara sesama,
sedekah, dan lain sebagainya yang bernilai Ibadah. Ada sebuah cerita menarik
mengenai ibadah yang saya temui ketika sedang memebeli ta’jil di salah satu
tempat.
Hari sudah
menunjukkan pukul 18.00 Wita, sekitar 15 Menit lagi menuju waktu Maghrib. Hal
yang paling ditunggu selain waktu berbuka ialah Hidangan, Hidangan apa yang
tersaji sebagai menu santap berbuka. Karena kebingungan mau berbuka dengan menu apa, saya pun memutuskan untuk membeli menu berbuka atau yang sering disebut dengan istilah Ta'jil. Ditempat saya membeli ta’jil, Penjualnya ialah seorang Nenek-nenek yang sudah tidak muda lagi (ada Nenek-nenek masih Muda,,) seperti pada Ramadhan biasanya, beranaka makanan tradisionalpun dijajakan Beliau, dan saya tertarik untuk membeli kue yang lebih dikenal dengan sebutan Kue Talam. Sebenarnya, Beliau
cukup dikenal dikawasan tempat saya tinggal, hal itu berkat pengaruh suami
Beliau sebagai seorang Ulama dan Imam Masjid disekitar wilayah saya tinggal.
Ketika saya
mampir, beliau sedang melayani pembeli lain yang berbelanja, dan saya pun
menunggu giliran. Tidak lama kemudian giliran saya pun datang, sembari Beliau
(Nenek) mengambilkan pesanan saya, si Pembeli yang sebelumnya tadi kembali,
dalam hati saya “mau beli lagi kayaknya
ini orang”, tapi siapa sangka hal membingungkan saya pun terjadi.
Ternyata si
Pembeli kembali itu disebabkan karena si Nenek kelebihan dalam mengambilkan
pesanannya, kira-kira percakan mereka seperti ini :
Si Pembeli : Nek, Tadi belinya cuma satu aja,
itu kenapa jadi dua
Nenek : Iya, Ndik apa (Ndak apa)
bawa aja.
Si Pembeli : Jangan Nek, ini saya bayar aja Nek.
Nenek : Ndik (Tidak).
Si Pembeli : Jangan Nek,.
Nenek : Ndik usah, sedekah itu.
Si Pembeli : (Ngeluarin uang dari kantongnya,
dan ditaruh di meja)
Nenek : Ndik usah.,,,
Si Pembeli : Jangan…(lalu pergi)
Nenek : Nah,, kanak ne leh...
Si Pembeli : Makasih Nek….
Nenek : (Diam….. sambil
membungkuskan pesanan saya)
Setelah dibayar
saya langsung cabut (coba saya dikasih tadi nek, tak ambil tu..hi). intinya bukan itu, pelajaran yang menurut
saya yang bisa dipetik ialah :
1. Berlomba dalam mencari kebaikan atau beribadah,
terkadang juga tidak mudah, terkadang niat kita baik (Memberi) direspon Iba
(Maaf) sama orang lain karena status sosial.
2. Saling menghargai, Nenek itu ikhlas dalam
memberi(Beliau diam-diam melebihkannya-tangan
kana berbuat kebaikan, tangan kiri tidak perlu tahu), sebagai orang yang
lebih muda (Si Pembeli) seharusnya hargai perasaan Nenek tadi, kita sebagai
Pembeli atau penerima ndak salahnya dan ndak berdosa juga Kok menerima pemberian itu dan beliau juga
senang pastinya, malah justru dengan kita menolak pemberian Beliau, kemungkinan mengecilkan
Hati beliau, pilih mana, membuat orang senang apa berkecil hati.
3. Kita berfikiran, dimana hati nurani kita,
seharusnya kita yang muda memeberi kepada yang lebih Tua. Kalau kasusnya
begitu, sudahlah, esok kita juga belum tentu mati kok, suatu hari kita juga bisa membalas kebaikan Beliau dengan cara
dan Waktu yang berbeda, toh sekalipun kita ndak sempat membalas kebaikan
Beliau, Allah Maha Tau dan Adil, biarlah yang maha kuasa membalas kebaikan
Beliau dengan cara-Nya.
Itu sedikit cerita saya disore ini kala waktu Maghrib menjelang, pertanyaannya Ialah Siapa Yang Berbuat Kebaikan Sesungguhnya ?. Jawabannya serahkan ke pola pikir masing-masing, Selamat Berpuasa, jangan lupa berbuat kebaikan. Ehmm, kalau bingung mau berbuat kebaikan kesiapa, hubungi saya, saya lagi mencari donatur untuk beli Tiket Mudik Lebaran, Hehe.
0 Komentar untuk "Kalau Begini, Siapa Yang Bersedekah Sesunggguhnya..?"